SENTOSA88 - Negara tercinta kita ini memang terkenal dengan kekayaan dan keragaman
budaya yang sudah mendunia, tapi tak jarang justru generasi muda
Indonesia sendiri malah kurang mengenali kekayaan budaya yang ada di
nusantara ini, jadi para sahabat anehdidunia.com mari kita mengenal
kembali kebudayaan bangsa kita, dengan kumpulan Upacara Tradisional unik yang hanya ada di Indonesia versi anehdidunia.com
Rambu Solo Toraja Sulawesi Utara
Upacara khas mayarakat Toraja (Sulawesi Utara) ini merupakan upacara
yang sudah diwariskan terun-temurun oleh mayarakat Toraja hingga saat
ini. Upacara ini dilakukan sebagai penghormatan bagi anggota keluarga
dari yang telah meninggal dari orang yang melakukan upacara ini. Dalam
upacara ini keluarga dari orang yang meninggal biasanya akan menyiapkan
sebuah boneka kayu dengan wajah yang dibuat mirip jenazah yang telah
meninggal itu. Boneka kayu itu akan dibawa serta menuju pekuburan Londa,
bersama Jenazah itu sendiri. Pekuburan Londa sendiri merupakan tempat
pemakaman yang cukup unik karena betuknya yang merupakan sebuah tebing
batu, yang di lubangi guna menaruh Jenazah di dalamnya.
Mapasilaga Tedong
Mapasilaga Tedong sejatinya merupakan bagian dari upacara Rambu Solo,
Mapasilaga Tedong sendiri dalam bahasa Indonesia berarti "Adu kerbau"
biasanya sebelum acara ini di mulai akan diawali terlebih dulu dengan
parade kerbau, yang biasanya diisi oleh kerbau salepo yaitu kerbau
albino dengan bercak-bercak hitam di pungungnya dan juga kerbau biasa
yang berwarna hitam. Setalah itu kedua kerbau ini biasanya akan diadu,
untuk kemudian setelahnya disembelih dengan cara khas masyarakat Toraja
yaitu Ma’tinggoro Tedong. Cara menyembelih ini tergolong kejam karena
leher kerbau akan ditebas dengan parang yang panjang hingga mati.
Keunikan Upacara Rambu Solo dan Mapasilaga Tedong telah tersohor
keseluruh dunia, jadi kalian jangan heran jika melihat banyak bule di
sana saat upacara adat ini diselengarakan.
Ritual Tiwah Kalimantan Tengah
Ritual yang biasa dilakukan oleh suku Dayak penganut paham 'Kaharingan'
(Kepercayaan Monoteisme) yang mendiami Kalimanta Tengah. Upacara ini
diselenggarakan dalam rangka untuk mengantarkan tulang orang yang sudah
meninggal ke dalam "Sandung". Sandung sendiri merupakan tempat kecil
yang terbuat dari kayu dan bentuknya mirip dengan rumah kecil, Tiwah
sendiri merupakan ritual yang sangat sakral bagi suku Dayak, ritual ini
bertujuan untuk menuntun jalan bagi arwah dari orang yang sudah
meninggal menuju "Lewu Tatau" (Nirwana) dan menjalani kehidupan yang
kekal dan damai, ritual ini biasanya diawali tari-tarian yang di iringi
suara gong, yang dilanjutkan dengan peletakan tulang dari orang yang
meninggal ke dalam "Sandung". Tiwah sendiri juga memiliki tujuan untuk
melepas kesialan dan juga melepas ikatan janda ataupun duda bagi orang
yang ditinggal mati agar bisa mencari pasangan hidup baru.
Tabuik Sumatera Barat
Sebenarnya nama dari Upacara adat ini adalah Tabut namun karena
pengarus dari dialek Minang dimana konsonan yang berakhiran huruf "t"
menjadi "ik" sehingga Tabut yang sebenarnya berasal dari bahasa Arab
melayu yang berarti Peti atau Keranda, menjadi Tabuik jika disebutkan
oleh orang Minang. Upacara ini sebetulnya bersifat religi karena
dilakukan oleh masyarakat Sumatera barat setiap tanggal 10 Muharam ini
ditujukan untuk memperingati meninggalnya Husein Cucu dari Nabi Muhammad
SAW. Upacara ini dilakukan dengan mengarak "Tabuik" yang telah dihiasi
dengan bunga-bunga dan kain yang berwarna-warni juga burung Burak
berkepala manusia di atasnya. Karena ukuranya yang cukup besar Tabuik
biasanya akan di gotong oleh kurang lebih 40 orang menuju pantai
Gondoriah sebelum akhirnya di larung menuju ke laut.
Pasola Nusa Tenggara Barat
Upacara yang dilakukan oleh masyarkat Nusa Tenggara Barat untuk
menyambut masa panen dan juga sebagai perantara untuk menyampaikan Doa
pada Tuhan agar panen pada tahun itu berhasil dan memberi hasil yang
cukup bagi masyarakat di situ. Upacara yang biasa diadakan pada bulan
Februari dan Maret ini cukup unik karena dilakukan layaknya sebuah
peperangan atau lebih enak kalau kita sebut perang-perangan. Upacara ini
dilakukan oleh dua kelompok yang saling berhadapan dan melempar tongkat
kayu sepanjang 1,5 meter dengan diameter 1,5 centimeter tapi tenang
saja karena tongkat kayu ini tumpul jadi tidak akan membahayakan nyawa
kalaupun sampai terkena. Meskipun tak jarang juga ada yang berdarah
karena terkena lemparan tongkat kayu ini, namun itu justru dianggap
bagus bagi masyarakat Sumba karena darah yang mengucur dan jatuh di
tanah dianggap bagus dan bermaanfaat bagi kesuburan tanah juga bisa
menyukseskan panen.
Ngaben Bali
Secara Etimologis, Ngaben berasal dari kata "Api" dengan awalan "Nga'
dan akhiran 'An'. Ngaben sendiri merupakan bagian dari upacara keagamaan
umat Hindu Bali yang masuk dalam golongan upacara Pitra Yadnya (upacara
yang ditunjukkan kepada Leluhur). Upacara Ngaben sejatinya merupakan
prosesi pengkremasian jenazah yang dalam Agama Hindu dimaksudkan untuk
mengembalikan segala unsur Panca Maha Bhuta (5 unsur pembangun fisik
manusia) kembali ke asalnya agar tak menghalangi perjalanan Arwah menuju
Sunia Loka. Untuk mengadakan Ngaben keluarga jenazah akan menyiapkan
"Bade dan Lembu" yang akan digunakan sebagai tempat menaruh jenazah
sebelum di bakar, Bade dan Lembu sendiri terbuat dari kayu yang megah
dan dihiasi kertas warna-warni dan ornamen lainya. Sebelum dibakar bade
dan lembu biasanya diarak melalui jalan yang tidak lurus tujuanya
adalah untuk menjauhkan roh jahat dari jenazah, sebelum akhirnya dibakar
lalu setelahnya abu dari jenazah akan di larung ke laut. Upacara ini
biasanya jauh dari isak tangis karena bagi mayarakat Bali ini merupakan
sebuah momen bahagia karena mereka telah melakukan kewajiban sebagai
anggota keluarga kepada orang yang mereka cintai. Selain itu tangisan
juga dipercaya akan menghambat perjalanan roh menuju nirwana.