Pembangunan Stonehenge hingga masa kini masih merupakan misteri, namun ada teori-teori tak terduga di baliknya. |
Situs bersejarah yang terletak 13 km dari Salisbury, Inggris ini terdiri dari susunan batu-batu raksasa yang dibangun membentuk lingkaran. Pembangunannya terdata sejak ribuan tahun silam.
Satu bongkahan batunya memiliki bobot sekitar 40 ton. Ini mengantarkan pada pertanyaan, teknik apa yang digunakan oleh para leluhur untuk membangun Stonehenge?
Gale Encyclopedia of the Unusual and Unexplained, melakukan percobaan pada tahun 1995 untuk mencoba mengangkat batu dengan berat yang sama dengan menggunakan kereta api-- namun upaya mereka gagal.
Rasanya mustahil jika ada teknologi 3000 Sebelum Masehi yang mampu mengangkat batu Stonehenge, namun pada kenyataannya bangunan itu sudah ada.
Penemuan terbaru membuktikan asal-usul misterius Stonehenge bisa menjadi jauh berbeda dari yang selama ini kita pikirkan.
Pada situs penggalian di perbukitan Preseli, Pembrokeshire, tim dipimpin profesor Mike Parker Pearson menemmukan sejumlah bukti bahwa batu yang digunakan untuk membangun Stonehenge digunakan dalam monumen berbeda di Wales.
Arkeologis menggunakan berbagai teknik, termasuk radiokarbon yang menemukan perkemahan para pekerja dari ribuan tahun lalu, serta lubang-lubang yang digali untuk mengumpulkan batu-batuan. Lubang-lubang itu tercatat berusia 3400 Sebelum Masehi sampai 3200 Sebelum Masehi, sedangkan Stonehenge baru dibangun di Wiltshire sekitar 2900 Sebelum Masehi.
Pearson mengungkapkan kepada Guardian: "'Stonehenge' pertama ada di Wales, dan apa yang kita lihat (di Wiltshire) adalah monumen 'bekas'."
"Normalnya, kita jarang membuat penemuan menakjubkan, namun inilah salah satunya."
Penemuan ini memberi teori baru yang kuat mengenai asal-usul bangunan bersejarah tersebut.