Seperti dikutip WebMD, Rabu (18/5/2016) para peneliti di Boston melibatkan 69 pasien migrain dengan terapi cahaya berwarna yang berbeda-beda. Ilmuwan menemukan, cahaya biru ternyata bisa memperburuk sakit kepala sedangkan cahaya hijau secara signifikan mengurangi sakit kepala.
"Cahaya hijau ini dapat mengurangi migrain sekitar 20 persen," kata para peneliti dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal Brain.
Mereka mencatat, migrain memengaruhi hampir 15 persen dari orang di seluruh dunia, dan gejala migrain yang sering terjadi adalah karena sensitivitas cahaya, atau juga dikenal sebagai fotofobia.
"Lebih dari 80 persen serangan migrain berhubungan dan diperburuk oleh sensitivitas cahaya. Hal ini menyebabkan banyak penderita migrain mencari kenyamanan di tengah kegelapan dan mengisolasi diri dari pekerjaan, keluarga dan kegiatan sehari-hari," kata penulis studi Rami Burstein, dari Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston,
Di sisi lain, ahli saraf di Rumah Sakit Lenox Hill di New York City, Dr Gayatri
Devi mengatakan, terapi cahaya menyebabkan implikasi thalamus--terjadi relay antara organ sensorik di otak, mata dan korteks otak sehingga mengurangi sakit kepala.
Sementara itu, Burstein mengatakan, saat ini dia sedang mengembangkan lampu yang dapat memancarkan cahaya hijau pada intensitas rendah, serta kacamata hitam yang memblokir cahaya tersebut. Namun peneliti lain menekankan, bagaimanapun, studi lebih lanjut masih diperlukan.
"Secara umum, tampaknya pengobatan ini aman tapi kita belum menghitung biaya, akses dan apakah penggunaannya secara teratur akan menurunkan risiko kecacatan," katanya.