SENTOSA88 - Adalah hal biasa jika seseorang mengoleksi prangko, uang kuno, atau
mobil antik. Namun dapatkah anda bayangkan jika ada orang yang hobi
mengumpulkan mayat. Koleksi seperti itu memang tak lazim dilakukan.
Namun itu adalah sesuatu yang nyata. Seperti yang dilakukan beberapa
orang berikut ini yang mungkin dianggap banyak orang memiliki gangguan
jiwa.Selain manusia, ada tempat juga yang menjadi lokasi untuk pengumpul
mayat manusia sungguh sangat mengerikan. Berikut koleksi aneh pengumpul mayat manusia versi anehdidunia.com
Pria Rusia Koleksi 29 Mayat Wanita
Orang pertama yang mengoleksi mayat adalah seorang pria asal Rusia
bernama Anatoly Moskvin. Namun, mayat yang dia incar khusus mayat
perempuan yang meninggal berusia 15-26 tahun. Akhirnya polisi berhasil
menemukan 29 mayat yang sudah diawetkan dan diberi pakaian lengkap di
apartemen pria yang berusia 45 tahun itu. Sahabat anehdidunia.com
Anatoly juga dikenal sebagai seorang jenius ini menggali beberapa
pemakanan di wilayah Volga River di Kota Nizhny Novgorod Rusia.
Dalam pengakuannya, Anatoly mengatakan dia telah mendatangi setidaknya
750 pemakaman. Polisi menduga, pria yang bisa berbicara dalam 13 bahasa
asing ini memiliki gangguan jiwa. Selain mengumpulkan mayat, Moskvin
juga memiliki hobi yang aneh
yaitu tidur didalam peti. Sejarahwan yang telah menulis sejumlah buku
mengenai peradaban dunia ini mengaku mencari mayat-mayat perempuan hanya
untuk kesenangan dan bahan penelitiannya. Gila!
Nelayan Mengumpulkan Mayat Di Cina
Pekerjaan yang dilakukan seorang nelayan di Cina ini barang kali adalah
pekerjaan paling aneh di dunia. Wei Xinpeng biasa memburu mayat di
sungai kuning di Cina. Dia selalu memulai harinya dengan duduk di tepi
sungai sambil mengamati air sungai kuning yang keruh. Dia yakin sungai
itu pasti menyimpan mayat manusia entah korban kecelakaan atau bunuh
diri. Sesekali lelaki berusia 55 tahun ini mendayung perahunya kedekat
jembatan kecil di hilir. Di sana dia sudah beberapa kali mendapatkan
mayat yang tersangkut di cela besi. Dalam 7 tahun terakhir, mencari
mayat adalah kegiatan rutin wei. Dia lalu menjual mayat temuannya
tersebut kekerabat yang bersangkutan.
Setiap berhasil menemukan mayat, dia akan mengumumkannya di Koran
lokal. Dengan menyebutkan ciri mayat tersebut sehingga kerabat dapat
mengenalinya. Jika kerabat ingin membawa mayat tersebut pulang, mereka
harus membayar uang tembusan sebesar 500 dolar amerika atau sekitar 4,75
juta rupiah. Pria yang mengaku telah mengumpulkan sebanyak 500 mayat
ini berkisah pekerjaan ini bermula ketika dia mencari anaknya yang
hilang dan tenggelam di sungai kuning. Namun sayang, anak Wei pun belum
juga di temukan.
Pameran Mayat Manusia
Sebuah museum dengan koleksi mayat yang dikuliti dan diawetkan untuk
menunjukkan kompleksitas tubuh manusia baru saja dibuka di Berlin.
Seorang ahli anatomi, Gunther von Hagens dan istrinya, Angelina Whalley
adalah orang yang menggagas museum. Museum yang baru diresmikan ini,
penuh dengan mayat yang disuntikkan karet silikon dan resin yang dikenal
dengan proses "plastinasi". Gunther dijuluki sebagai "Dr Death" atau
"dokter kematian". Ia pernah mengadakan pameran kontroversial "Body
Worlds" dengan cara berkeliling dunia sejak tahun 1995 dan menarik
sekitar 40 juta pengunjung.
Berlin saat ini menjadi tempat permanen pertama untuk pameran Gunther
dan istrinya. Museum terletak di depan menara televisi Berlin di
Alexanderplantz. Luasnya mencapai 1.200 meter persegi. Di dalam museum,
terdapat 20 mayat yang dikuliti sehingga tampak otot, organ, pembuluh
darah, dan tulang. Koleksi itu disusun dalam pose manusia hidup seperti
duduk, peregangan, dan melakukan olahraga. Seram!
Gunung Everest Menyimpan Ribuan Mayat
Ternyata pengumpulan mayat tak hanya dilakukan oleh manusia. Tetapi juga
sebuah tempat di gunung everest Himalaya Nepal. Tepat bernama dead zone
yang terletak di ketinggian 26000 kaki dilanjut pendakian gunung
tertinggi di dunia ini. Terkenal dengan kumpulan mayat yang diperkirakan
jumlahnya melebihi 200 mayat. Padahal, bagi warga Nepal gunung ini
merupakan gunung keramat dan sangatlah tidak pantas untuk dijadikan
kuburan masal. Kebanyakan para pendaki tewas akibat kekuranagn oksigen.
Karena memang level oksigen di wilayah ini hanya sepertiga keadaan
normal sehingga para pendaki yang tak membawa tabung oksigen sendiri
akan mengalami kesulitan bernafas, dan akhirnya meninggal.
Beberapa cerita pendakian tewas dikawasan ini cukup terkenal salah
satunya pendaki india bernama Tsewang Paljor yang bermaksud menaklukkan
puncak Himalaya pada tahun 1996 lalu. Namun malangnya di tengah
pendakian dia terserang badai salju yang sangat besar sehingga
terperangkap dalam sebuah gua dan tewas di sana. Hingga sekarang, para
pendaki dapat melihat mayatnya. Sahabat anehdidunia.com cuaca yang
dingin memang membuat beberapa mayat tampak awet dan utuh. Walaupun
telah tewas bertahun-tahun lamanya. Salah satu pendaki pertama yang
berhasil ditemukan mayatnya di gunung ini adalah George Mallory dari
Inggris yang mendaki pada tahun 1924. Mayatnya berhasil ditemukan pada
tahun 1999 dengan kondisi yang masih bagus hanya saja menghitam akibat
paparan matahari berpuluh-puluh tahun.
Sahabat anehdidunia.com Aokigahara juga dikenal sebagai Hutan Bunuh Diri
karena tingginya jumlah orang yang memutuskan bunuh diri di hutan 35
kilomtere persegi ini. Menurut data statistik, sejak tahun 1988, sudah
tercatat sekitar 100 kasus bunuh diri terjadi di hutan Aokigahara setiap
tahun. Pada tahun 2005, 105 mayat ditemukan di dalam hutan. Jumlah ini
melebihi rekor tahun sebelumnya, 78 mayat. Pada tahun 2004, 108 orang
memutuskan bunuh diri di hutan iu. Lalu pada tahun 2010, 247 orang
mencoba bunuh diri di Aokigahara. Dari jumlah tersebut, 57 diantaranya
berhasil. Bulan panen bunuh diri diperkirakan sekitar Maret, saat akkhir
tahun fiskal di Jepang. Menurut data 2011, cara yang paling populer
adalah gantung diri di pohon dan overdosis obat terlarang.
Aokigahara memiliki tingkat kepadatan pepohonan yang tinggi sehingga
menghalangi angin. Kehidupan alam liar pun tidak nampak di hutan ini,
membuat suasana hutan mencekam. Menurut legenda, hutan ini menjadi
tempat bersemayam Yurel, arwah yang marah. Jalanan hutan terdiri atas
batu vulkanik dan sulit ditembus dengan alat seperti cukil dan sekop.
Terdapat sejumlah jalan tikus yang kadang digunakan relawan okal saat
mengevakuasi korban bunuh diri. Belakangan ini, para pejalan kaki dan
turis yang melintasi Aokigahara membentangkan tali plastik sebagai tanda
jalan yang merka lalui agar tidak tersesat.
Banyak yang menduga hutan ini menjadi populer setelah muncul sebagai
latar dalam novel terbutan 1960, Kuro Jakai (Lautan hitam Pepohonan)
karya Seicho Matsumono. Sesungguhnya, sejarah bunuh diri di hutan yang
menyandang gelar "Tempat yang Bagus untuk Mati" ini sudah ada sebelum
novel itu terbit. Selain itu, Aokigahara telah lama dikaitkan dengan
hal-hal berbau kematian. Ubasute kemungkinan dilakukan di hutan ini pada
abad ke-19.
Untuk mengurangi tingginya angka akibat bunuh diri, pihak berwenang
memasang tanda-tanda, baik dalam bahasa Jepang maupun Inggris.
Tanda-tanda itu berisi imbauan bagi calon korban untuk memikirkan
kembali tindakannya. Bahkan ada pula yang berisi saran untuk menemui
polisi sebelum memutuskan bunuh diri atau lembaga konsultasi spesialis
bunuh diri. Selain itu, pihak kemanan hutan memasang kamera kemanan di
jalan masuk hutan untuk melacak setiap orang yang masuk. Setiap tahun
dilakukan pencarian korban secara rutin oleh polisi, relawan dan
jurnalis sejak tahun 1970.