Setiap orang memiliki kemungkinan alergi. Hanya saja, bagi anak
dengan orangtua yang tidak memiliki riwayat alergi, kemungkinan memiliki
alergi akan jauh lebih kecil persentasenya dibandingkan dengan anak
yang memiliki orangtua dengan alergi.
Yang patut diperhatikan adalah, anak yang memiliki atopi atau bakat
alergi sudah seharusnya diketahui sejak awal, dan mereka berpotensi
menjadi asma, eksim, rhinitis alergi dan dermatitis atopik.
"Karena itu, sebelum alergi switching menjadi eksim, asma,
rhinitis alergi, sebaiknya dilakukan pencegahan pada anak-anak yang
atopi atau punya bakat alergi," ujar Konsultan Alergi-Imunologi Anak
RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung, Prof.Dr. Budi Setiabudiawan, pada VIVA.co.id, Kamis, 24 Maret 2016.
Lebih lanjut Budi menjelaskan bahwa penyakit alergi akan muncul ketika ada pemicu dan defect di organ tertentu.
"Bisa di kulit timbul eksim, di hidung rhinitis jadi asma, yang
jelas atopi risiko tinggi harus cepat dicegah, supaya penyakit lain
tidak muncul, seperti dermatitis atopik, asma, rhinitis," kata Budi.
Alergi yang biasanya muncul di awal kehidupan adalah alergi makanan
dan dermatitis. Nah, kalau itu tidak dicegah, di kemudian hari saat
anak berusia lima tahun, maka akan menjadi asma, dan di usia delapan
tahun akan menjadi rhinitis alergi.
Namun, meski anak memiliki bakat atopi, jika tidak didukung dengan
lingkungan, maka alergi tadi tidak akan muncul. Di sinilah intervensi
lingkungan menjadi penting, dengan melakukan berbagai macam pencegahan.
Seperti sebelum menikah, hamil, dan menyusui hindari pajanan asap
rokok, berikan ASI eksklusif selama enam bulan, bila bayi terpaksa harus
konsumsi susu formula, berikan yang berjenis hipoalergenik, dan
pemberian makanan padat jangan terlalu dini atau ditunda, melainkan
harus tepat waktu.