Salah satunya di kompleks Chinese Cemetery di Manila. Makam-makam megah berjajar, mirip perumahan.
Tak hanya bangunan, pekuburan Tionghoa tersebut juga dilengkapi fasilitas yang biasa ditemukan di rumah pada umumnya.
Makam-makam mewah yang berjajar di kedua sisi jalanan lebar dilengkapi pendingin ruangan, dapur, kamar mandi, dan ruang tidur bagi keluarga yang sedang berziarah.
Beberapa makam bahkan ada penghuninya, dan mereka tak merasa keberatan berbagi atap, hidup berdampingan bersama kerabat mereka yang sudah meninggal dunia.
Menurut cerita, pemakaman yang tak biasa itu pertama kali didirikan oleh komunitas dagang Tiongkok di Manila.
Ketika itu pemerintah kolonial Spanyol mencegah mereka untuk mengubur orang-orang terdekat mereka di lahan tanah yang dikhususkan bagi pemeluk agama Katolik.
Larangan itu memaksa warga Tionghoa di Filipina untuk mencari cara lain untuk mengubur kerabat mereka.
Mereka tidak tanggung-tanggung untuk melakukannya, demi memberi kenyamanan dan kemewahan untuk para mendiang.
Dikutip dari Oddity Central, Kamis (14/4/2016), kemegahan sebuah makam dipercaya adalah cerminan rasa hormat warga Tionghoa terhadap keluarga mereka yang sudah tiada.
Mereka percaya, arwah orang yang sudah mati menghuni dunia lain sementara kuburan menjadi rumah mereka di Bumi
.
Tak mengherankan jika keluarga-keluarga kaya Tionghoa membangun rumah di Bumi bagi kerabat mereka. Bahkan 3 lantai sekaligus.
Biasanya, sebuah rumah makam diperuntukkan untuk sejumlah anggota keluarga. Jasad mereka dikremasi dan abu ditempatkan dalam sebuah bangunan di dalam kompleks pemakaman tersebut.
Meskipun begitu, sejumlah orang berpendapat, Chinese Cemetery of Manila tak seharusnya dibuat dengan megah dan mewah.
Nicky Chen dari Behind the Story belum lama ini berkunjung ke pemakaman itu dan menemukan imbauan yang terukir dalam sebuah batu.
Beberapa di antaranya mengimbau, "Keluarga-keluarga kaya sebaiknya bisa melakukan penguburan secara efisien dan sederhana, dan penguburan dilakukan sesuai dengan tradisi Tionghoa."
Ada juga yang terbaca, "Desain makam sebaiknya sederhana dan mulia."
Melihat kemegahan makam-makam tersebut, tidak mengherankan jika sejumlah keluarga memilih untuk menetap bersama kerabat mereka yang sudah tiada. Bahkan ada yang mengaku lahir di pemakaman.
Sekarang ini, Chinese Cemetery of Manila kini telah berkembang menjadi daya tarik wisata, lengkap dengan seorang pemandu profesional.
Dengan 200 peso atau Rp 57 ribu, pengunjung dapat melihat tur keseluruhan dari perumahan yang dihuni oleh warga yang hidup dan yang sudah meninggal dunia.
Sementara bagi mereka yang memilih untuk berkelana sendirian, mereka bisa menyewa sepeda untuk berkeliling perumahan para mendiang.